EMPAT KALI KEGAGALAN
Perkenalkan nama saya Ahmad Yusuf atau sering dipanggil Yusuf atau
Ahmad. Saya alumni Sosiologi Fisip UBB angkatan 2011. Pada tulisan ini, saya
akan berbagi cerita terkait pengalaman saya menembus beasiswa LPDP RI.
Sebenarnya tidak ada yang istimewa dari cerita ini, tapi barangkali saya bisa
berbagi pengalaman kepada teman-teman semua bagaimana dan tips apa saja yang
bisa ditempuh untuk menembus Beasiswa LPDP RI. Let’s commence to the story.
Tanggal 09 September 2016, tepatnya hari Jumat pukul 15.00 adalah
hari bersejarah bagi saya. Sujud syukur tak terhingga saya lantunkan ke hadirat
Allah SWT. Hari itu saya dinyatakan “ LULUS SUBSTANSI” Beasiswa LPDP RI. Rasanya
semuanya seperti mimpi saja, karena dulu saya hanya memimpikannya, dan sekarang
saya benar-benar sudah menjadi Awardee LPDP. Alhamdulillah, perjalanan panjang
siap mengawali cerita ini. Setelah dinyatakan lulus dari UBB, pada tanggal 10
November 2015 saya melepaskan status mahasiswa saya. Iya, hari itu saya wisuda
bersama teman-teman seperjuangan dan orang-orang yang sangat saya banggakan,
keluarga khususnya kedua orang tua saya. Raut kebahagiaan penuh haru terpancar
jelas di wajah tua kedua orang tua saya. Hari itu, saya berhasil menjadi “
LULUSAN TERBAIK” di Fisip dan berdiri di garda terdepan bersama rekan-rekan
lainnya. Sebuah mimpi yang sudah saya impikan sejak lama saat awal masuk
perkuliahan. Menjadi Lulusan Terbaik,
itulah janji saya dulu kepada diri sendiri dan orang tua saya. Alhamdulillah,
Allah mengijabah doa dan harapan saya.
Pasca lulus dari UBB, saya mulai “ ANDILAU “, Antara Dilema dan
Galau. Saya bingung antara dua pilihan, bekerja atau kuliah lagi. Ingin kuliah,
tapi terkendala biaya. Jujur, saat itu alhamdulillah saya banyak mendapatkan
tawaran pekerjaan, hanya saja saya belum siap untuk berkerja. Saya masih ingin
melanjutkan cita-cita saya untuk S2. Selama satu tahun saya mencari beasiswa
kemana-mana, membuka google hampir tiap hari bahkan bertanya kepada dosen saya.
Selama itu pula, saya menganggur hehe, banyak omongan negatif menerpa saya.
Awalnya agak risih juga dengan omongan masyarakat, tapi lama-kelamaan menjadi
terbiasa. Saya anggap perkataan mereka motivasi untuk memacu semangat meraih
mimpi. Saat itu saya hanya mengajar TPA dan berbagi pengetahuan Bahasa Inggris
kepada anak-anak di daerah saya, namun saya selalu berharap jika apa yang saya
lakukan ini tidak sia-sia.
Awal perjalanan mimpi saya bermula di sini. 10 januari 2016, saya
mencoba mencari peruntungan ke Yogyakarta untuk test IELTS, sejenis TOEFL tapi
berbeda salah satu syarat untuk menempuh studi lanjut di benua Eropa dan
Australia. Saat itu, saya benar-benar belum paham seperti apa tes IELTS
tersebut. Belum lagi biaya tes IELTS sangat mahal, sekali tes menelan biaya
2,85 juta. Bisa dibayangkan kalau sampai gagal tes nya. Sebenarnya sebelum tes,
saya mau ambil kelas persiapan IELTS untuk memudahkan saya memahami soal-soal
tes IELTS, berhubung biayanya mahal, gak jadi deh. Akhirnya saya belajar
mandiri selama dua minggu. Pada tanggal 14 Febuari dengan bekal yang begitu
singkat, akhirnya saya tes. Ada 4 sesi dalam tes ini, yaitu Listening, Reading,
Writing dan Speaking. Untuk writing, kita diberikan dua buah topik, kemudian
tugas kita menganalisis topik tersebut dengan data dan tata bahasa inggris yang
baik dan benar. Sementara Speaking, kita akan ditanya seperti wawancara dari
Native Speaker atau Penutur Asli dari Inggris atau Australia. Saat tes, saya
dalam kondisi kurang sehat, demam dan flu. Alhasil ketika tes saya tidak
maksimal, dan saat pengumuman ternyata nilai IELTS saya hanya “ 5.0 “,
sementara syarat untuk kuliah ke Eropa dan Australia dibutuhkan minimal “6,5”.
Hari itu, saya benar-benar terpuruk, sedih dan pikiranpun tak menentu. Belum
lagi saya membayangkan wajah orang tua saya yang menaruh harapan besar kepada
saya. Namun kesedihan itu tidak berlangsung lama, setelah pengumuman itu saya
memutuskan untuk pulang ke Bangka sembari menyembuhkan semangat yang luka.
Sesampainya di rumah, saya mulai mengajar bahasa inggris dan TPA
lagi sambil mencari beasiswa. Pada bulan April, saya mendapatkan informasi
tentang beasiswa “ TURKIYE BURSLARI “, yaitu beasiswa dari Pemerintah Turki
dari dosen saya. Waktu itu saya hanya punya waktu tiga hari melengkapi
berkasnya, mulai menulis essay, motivation letter sampai dengan pengalaman
selama kuliah. Namun saya terkendala dengan Ijazah yang belum diterjemahkan ke
versi Inggris. Saat itu saya menanyakan ke UPT Bahasa untuk menterjemahkan
Ijazah saya, sayangnya waktu itu kampus tidak menerima jasa penerjemah.
Akhirnya saya mendaftar dengan berkas apa adanya dan kondisi Ijazah yang belum
diterjemahkan ke versi Inggris. Pengumuman tiba, untuk kedua kalinya saya
“GAGAL”. Semangat saya mulai mengendor dan sempat jatuh di titik terendah.
Setelah beberapa hari melalui perenungan, saya mendapat kabar tentang beasiswa
“AAS” yaitu, beasiswa pemerintah Australia, akan tetapi lagi-lagi terkendala
dengan Ijajah. Padahal saat itu, beasiswa ini hanya membutuhkan nilai IELTS
minimal “ 5.0”, itu artinya syaratnya
bisa saya penuhi.
Namun saya harus mengurungkan niat saya, sempat sedih untuk ketiga
kalinya. Tahun 2016, memang penuh ujian pikirku saat itu. Beberapa minggu
kemudian, saya membaca informasi tentang program Pertukaran Pemuda
Indonesia-China. Saat itu, saya mendaftar dengan penuh semangat hanya saja
memang persiapan saya kurang matang saat itu, saat pengumuman saya hanya
menjadi “CADANGAN”, saja. Hemm,,, lagi-lagi saya harus menelan pil pahit.
Rasanya seperti tidak punya muka lagi, saking malunya saya pada diri sendiri,
belum lagi saat itu banyak teman-teman saya yang sudah bekerja sementara saya
masih menganggur. Tentu, tak bisa saya jelaskan perasaan saya saat itu, sangat
hancur mengingat apa yang dinginkan tidak sesuai rencana.
DI BALIK KESULITAN ADA KEMUDAHAN
Meskipun begitu, saya selalu menyemangati diri saya, bahwa semua
ini nantinya akan terbayarkan bila Allah telah mengizinkannya untuk kita.
Sekitar bulan Mei-Juli pendaftaran batch III Beasiswa LPDP dibuka, waktu itu
saya masih ingin menenangkan diri, menyembuhkan hati dan semangat yang hilang.
Waktu berlalu begitu cepat, tanpa terasa memasuki bulan Juli, pendaftaran LPDP
hampir ditutup. Saat itu saya iseng-iseng buka internet membaca pengalaman
orang yang lulus beasiswa LPDP. Setelah membaca blog mereka, saya mencoba
mendaftar beasiswa LPDP yang hampir deadline. Waktu itu saya mengurus berkas
persyaratan tiga hari sebelum pendaftaran ditutup. Saya berpacu dengan waktu
kala itu, bolak-balik Muntok-Pangkal pinang untuk mengurus berkas persyaratan
seperti :
1.
SKCK
2.
Surat
Keterangan Sehat
3.
Surat
Bebas Narkoba
4.
Surat
Rekomendasi (Dosen atau Tokoh Masyarakat)
5.
Surat
Keterangan Tidak Mampu (bagi alumni bidik misi dan jalur afirmasi)
6.
Surat
Keterangan Penghasilan Orang Tua
7.
Surat
Izin (bagi yang sudah bekerja)
8.
Slip
Listrik 3 bulan terakhir (bagi pendaftar jalur afirmasi)
9.
Kartu
Keluarga
10.
Surat Pernyataan
Selain
berkas di atas, berkas yang sangat penting untuk menentukan kita layak atau
tidak lulus administrasi yaitu :
1.
Menulis
dua essay dengan tema :
a.
Kontribusiku
untuk Indonesia
b.
Sukses
Terbesar dalam Hidupku
2.
Menulis
Rencana Studi.
3.
TOEFL/IELTS
:
a.
Untuk
Jalur Afirmasi : TOEFL minimal 400 baik tujuan Dalam/Luar Negeri
b.
Untuk
Jalur Reguler : TOEFL minimal 500 tujuan Dalam Negeri dan 550 tujuan Luar
Negeri
4.
IPK
:
a.
Untuk
Jalur Afirmasi, IPK minimal 3,50
b.
Untuk
Jalur Reguler, IPK minimal 3,00
Untuk essay dan rencana studi, karena waktunya mepet, saya mengerjakannya
sehari sebelum deadline pendaftaran.
Jadi sebaiknya bagi-bagi teman-teman yang ingin mendaftar beasiswa LPDP, ada
baiknya mempersiapkan essay dan rencana studi jauhari agar mudah kita
mengoreksi kekurangannya di mana. Jangan lupa juga untuk meminta review atau
pendapat dari orang-orang yang ahli di bidangnya misalnya dosen atau
teman-teman yang memang pakar di bidang penulisan.
Sebelum saya mendaftar beasiswa LPDP, waktu itu saya sempat
berkonsultasi dengan dosen-dosen saya di kampus. Awalnya saya sempat pesimis,
saat mereka mengatakan bahwa beasiswa LPDP itu sangat kompetitif dan prestisius
serta banyak peminatnya. Terlebih lagi kampus kita UBB dan Jurusan Sosiologi
juga masih tergolong masih muda, maka akan sulit rasanya untuk menembus
beasiswa LPDP. Saya mencoba untuk meyakinkan dosen saya, bahwa saya ingin
mencobanya, barangkali ini bisa menjadi pengalaman bagi saya jika saya berhasil
ataupun gagal. Setelah mendapat wejangan dan restu dari dosen, akhirnya saya
mencoba untuk mendaftar.
Tepat tanggal 14 Juli 2017, hari terakhir pendaftaran di buka
sekitar jam 16.30, saya mendaftar dengan mengisi data secara seksama.
Alhamdulillah meskipun deadline, akan tetapi hari itu tidak mengalami kendala
apapun, padahal saat itu banyak yang sedang mengakses situs LPDP dan mengatakan
bahwa situsnya overload karena terlalu banyak yang mengakses. Saat itu
sejujurnya saya ingin mengambil kampus tujuan Luar Negeri, yaitu University of
Birmingham, akan tetapi karena pada saat itu saya masih bingung dengan proses
pendaftaran ke kampus tujuan Luar Negeri, setelah melalui pertimbangan matang,
saya memutuskan untuk memilih kampus UGM. Untuk alumni bidik misi atau jalur
afirmasi dengan nilai IELTS ‘ 5.0 “, sebenarnya sudah cukup untuk mendaftar
beasiswa LPDP tujuan kampus Luar Negeri. Saat kita lulus beasiswa LPDP, akan
ada program pengayaan Bahasa untuk meningkatkan nilai IETLS kita sampai
mencapai target minimal 6.5. Meskipun begitu, UGM memang kampus impian saya
sejak SMA. Jadi saya sangat berharap bisa diterima di kampus UGM.
13 hari berlalu, tepat tanggal 27 Juli 2017, waktu pengumuman
seleksi administrasipun tiba. Hari itu, setelah sholat shubuh saya selalu
memantau email saya dengan penuh harap dan berdebar-debar. Beberapa kali saya
mengecek dan merefresh email, belum juga ada kabar meski sudah sore hari.
Mungkin saya belum beruntung, pikirku saat itu. Sampai setelah maghrib, isya
berlalu pengumuman tak kunjung tiba. Saya mulai merasakan degup jantung saya
semakin berdebar kencang. Saya lihat di grup fb LPDP, ternyata pengumuman
memang belum dirilis. Sambil menunggu, kami sesama pendaftar LPDP chat di grup
FB sambil menunggu dengan harap cemas. jam 22.00, jam 23.00 pengumuman belum
keluar juga. Sekitar jam 23.55 teman-teman mengatakan bahwa pengumuman telah dirilis,
ada yang lulus dan ada juga yang tidak. Saya mengecek email saya, ternyata
belum ada kabar apapun. Jam 00.00 saya cek kembali, saya lihat ada sebuah pesan
baru di email dengan subjek pengirim LPDP. Saya membuka pesan email dengan
basmalah sembari menutup mata kiri saya. Dan ternyata hasilnya, selamat anda “
LULUS SELEKSI ADMINISTRASI “. Alhamdulillah, sujud syukur tiada terkira terucap
dari lisanku. Malam itu saya benar-benar tidak bisa tidur karena bahagianya,
sampai akhirnya mata saya bengkak karena tidak bisa tidur hehe.
Setelah pengumuman kelulusan administrasi, saya menunggu jadwal tes
seleksi substansi. Awal Agustus jadwal pun dikirim ke email saya. Waktu jadwal
seleksi di Yogyakarta dari 10-12 Agustus 2016. Tanggal 08 Agustus sayapun
berangkat dengan menggenggam sebuah asa bersama restu dan ridho orang tua yang
melepaskan keberangkatan saya.
Tanggal yang dinantikan pun tiba, tanggal 10 Agustus 2016, jam
06.00 pagi saya berangkat ke lokasi tes di Gedung Keuangan Negara Yogyakarta.
Hari itu saya dapat jadwal tes Essay on The Spot dan LGD (Leaderless Group
Discussion). Untuk tes Essay on The Spot, kita akan diberikan dua buah topik
terhangat. Waktu itu topiknya tentang pertanian dan pariwisata. karena saya
lebih suka dengan topik pariwisata, akhirnya saya memilih topik pariwisata.
pada sesi ini, kita akan diberikan waktu 30 menit untuk menyelesaikan topik
ini, jadi kita harus memanfaatkan waktunya dengan maksimal karena ada beberapa
teman-teman saya lihat wajahnya tampak kebingungan karena essaynya belum kelar.
Alhamdulillah saya bisa melewatinya dengan baik. Saran saya waktu sesi essay,
kalian harus menentukan alur essaynya mau di arahkan kemana, tentukan garis
besarnya untuk memudahkan kita beripikir secara sistematis. Dalam essay ini
harus memuat, pendahuluan atau latar belakang masalah, pembahasan dan
kesimpulan. Inilah kunci untuk mendapatkan poin dari sesi essay.
Setelah Essay on The Spot, saya masuk ke ruangan berikutnya untuk
ikut tes LGD bersama kelompok yang telah dibagi. Jumlah anggota dalam satu
kelompok bisa bervariasi, saat itu jumlah anggota di kelompok saya ada 11
orang. Dalam LGD ini, akan ada dua orang yang akan mengawasi perilaku kita
sekaligus yang memberikan nilai untuk sesi LGD. Dari gerak-geriknya sepertinya,
dua orang tersebut sepertinya dosen dan psikolog. Jadi saat sesi ini, usahakan
untuk berperilaku dengan baik, sopan dan selalu tersenyum. Tema LGD kelompok
saya saat itu adalah seputar “ Tax Amnesty “. Dalam LGD ini, kita diberikan
kesempatan untuk mempersiapkan sekitar 5 menit sebelum diskusi dimulai.
Sayangnya saat itu, moderator dari kelompok saya tidak membaca petunjuknya
dengan baik, sehingga LGD langsung dimulai dan kami belum sempat membaca
artikel yang dijadikan bahan untuk LGD. Wajah kami mendadak tegang, moderator langsung
menyuruh teman di sebelah saya untuk memulai, untungnya dia bisa memulai dengan
tenang. Saat sesi ini, yang perlu diperhatikan adalah bahwa kita tidak boleh
terlalu menonjol atau mendominasi dari yang lainnya, karena yang namanya LGD
diharuskan semua peserta dapat menyampaikan argumennya. Dalam LGD juga tidak ada
yang benar dan salah, semuanya tergantung dari pengetahuan dan penyampaian saat
kita sedang LGD. Kebetulan saat itu saya hanya memiliki satu kesempatan
berbicara. Saya hanya menyampaikan apa yang saya bisa karena jujur saat itu
saya belum terlalu paham dengan topik Tax Amnesty. Parahnya saat itu, moderator
kami berdiri dari awal sampai akhir dan ini tentu bukanlah kondisi LGD yang
baik. Karena seharusnya LGD itu diskusi, bukan mencari siapa yang paling hebat
dan jago berargumen. Jadi bersikaplah senatural mungkin, sampaikanlah apa yang
kamu bisa dengan pembawaan yang elegan dan jangan tegang. Pada sesi ini,
sebenarnya saya sangat gugup dan agak takut gitu, karena saya satu kelompok
dengan teman-teman yang kampusnya sudah punya nama besar, mulai dari UGM, UNY,
UNS dll. Jujur saya sangat minder saat itu ketika berhadapan dengan mereka,
saya merasa bukan apa-apa dibandingkan mereka. Hanya saja saat itu, saya hanya
berfikir bukan untuk menjadi yang terbaik saat diskusi, tetapi bagaimana
caranya saya menyampaikan argumen saya dengan elegan dan bisa diterima.
Setelah LGD kelar, kami semua tampak kurang senang dengan hasil LGD
yang berjalan kurang baik dan merasa pesimis. Salah satu teman kami mengatakan,
jangan fikirkan LGD, selalu ada harapan. Lebih baik kita fokus ke persiapan
wawancara. Hari itu, saya berharap agar tidak dapat jadwal wawancara saat itu
juga, karena saya masih tegang dan gugup setelah LGD. Alhamdulillah, Allah
menjawab harapan saya, saya mendapatkan jadwal interview esok harinya.
Malam harinya sebelum wawancara, saya mulai mempelajari daftar
pertanyaan wawancara yang telah saya siapkan. Saya sengaja mempersiapkan daftar
pertanyaan wawancara untuk memudahkan saya saat wawancara besok. Saya berlatih
wawancara di depan cermin, melihat gestur, penyampaian kalimat dan ekspresi
saya apakah sudah tepat atau belum untuk menghadapi wawancara. Saya berlatih
dengan diri saya sendiri, saya yang menanyakan dan saya pula menjawab, agak
merasa aneh sih sebenarnya hehe. Setelah latihan wawancara, saya sholat isya’
dan makan malam. Setelah makan malam, saya langsung tidur lebih awal agar esok
harinya bisa menghadapi wawancara dengan baik dan kondisi fit.
Keesokan paginya, tepat tanggal 11 Agustus jam 06.30 saya tiba di
Gedung Keuangan Negara. Saya adalah peserta pertama yang datang di Gedung
tersebut. Ini saya lakukan agar saya bisa lebih siap dan tidak terburu-buru
saat wawancara dimulai. Sebelum wawancara dimulai, berkas-berkas yang dibawakan
diverifikasi untuk menentukan apakah kita layak wawancara atau tidak. Sekitar
jam 08.00 kami masuk ke ruang verifikasi, satu persatu nama-nama dipanggil
untuk diverifikasi. Saat itu, entah mengapa saya merasa semakin tidak percaya
diri saat melihat para kandidat dengan tampilannya terlihat meyakinkan dan
cerdas. Saya merasa aura saya tertutup. Saya berbincang-bincang dengan kandidat
lainnya di ruang tunggu, saya menceritakan apa yang saya rasakan saat itu. Dia
mengatakan bahwa semua orang di sini juga sebenarnya tegang, jadi bukan kita
saja yang tegang. Harus yakin, insya Allah semuanya akan berjalan lancar, tutur
kandidat yang mendaftar di National University of Singapore ini.
Sebelum verfikasi dimulai, saya ke toilet terlebih dahulu, entah
apa yang terjadi tiba-tiba saat saya menutup toiletnya, toiletnya terkunci dan
tidak bisa dibuka. Terang saja saya kaget dan panik, saya berusaha membukanya
dengan segala upaya namun hasilnya nihil. Akhirnya saya berteriak minta tolong
sekencang-kencangnya sambil menggedor-gedor pintu. Sekitar 15 menit saya
terkurung di toilet dengan kondisi yang pengap, saya nyaris pingsan karena
pengap. Alhamdulillah akhirnya ada kandidat lain yang kebetulan mau ke toilet
dan berhasil membukanya. Saya pun keluar dengan wajah yang pucat pasi dan
berterima kasih kepada mas tersebut, calon kandidat doktor di University of
College London. Setelah kejadian itu, saya mulai berfikir yang aneh-aneh. Saya
merasa jangan-jangan ini tanda yang kurang baik. Teman-teman di ruang
verifikasi memberikan saya semangat dan berusaha untuk memotivasi saya agar
tetap berfirkir positif. Sekitar jam 10.00 nama saya dipanggil untuk proses
verifikasi.
Pada proses verfifikasi ini, saya nyaris di black list dan tidak
bisa diikut sertakan dalam sesi wawancara, gara-gara surat rekomendasi dari
dosennya saya ketik ulang. Awalnya surat rekomendasi tersebut ditulis tangan
oleh dosen, akan tetapi karena saya ingin surat rekomendasinya terlihat lebih
rapi, sayapun mengetik ulang surat rekomendasi dosen tersebut dan menscan tanda
tangan mereka. Saat itu, saya tidak sempat lagi meminta tanda tangan lagi,
karena saya sudah di Yogyakarta. Panitia minta penjelasan saya, saya
menjelaskan akan tetapi mereka meragukan keaslian surat rekomendasi itu apakah
murni direkomendasikan dosen. Mereka tidak percaya, mereka meminta saya
menghubungi salah satu dosen pemberi rekomendasi, akan tetapi tidak ada jawaban
dari dosen karena ia sedang mengajar. Saya mulai panik dan cemas. saya mencoba
menghubungi dosen lainnya, alhamdulillah diangkat dan dia menjelaskannya dengan
sangat baik dan jelas. Akhirnya sayapun diizinkan untuk mengikuti proses
wawancara. Dengan beberapa kejadian itu, saya semakin yakin bahwa ini adalah
pertanda tidak baik saat itu, lagi-lagi teman-teman saya selalu menyemangati
saya, hingga akhirnya saya bisa tenang kembali.
Satelah verifikasi, saya langsung menuju ruangan wawancara, saya
mendapat jadwal jam 14.30 WIB. Hari itu saya hanya minum dan makan kue saja
karena di lokasi tidak disediakan nasi. Jadi saat wawancara ini, usahakan
teman-teman makan terlebih dahulu agar tubuhnya tidak loyo dan memberikan
performa positif saat wawancara. Dari jam 11.00 saya menunggu jadwal wawancara
sambil berbincang dengan kandidat lainnya. Saya melihat ada kandidat yang
murung mukanya saat keluar wawancara, ada yang biasa saja, ada yang girang dan
ada juga yang bahagia. Sepertinya wawancara ini memang berkesan. Jadi
usahakanlah untuk memaksimalkan wawancara dengan baik.
Untuk penilaiannya, Essay on The Spot 15%, LGD 15% dan Wawancara
70% dengan total 100%. Jadi bisa dikatakan bahwa wawancara ini sangat
menentukan apakah kita layak atau tidak menjadi awardee atau penerima beasiswa
LPDP. Pada saat wawancara ini, saran saya pakailah baju senyaman mungkin dan
yang bisa memberikan aura positif saat kamu memakainya. Saat masuk, jangan lupa
ucapkan salam kepada para pewawancara atau interviewer. Jangan duduk dulu
sebelum dipersilahkan, karena ini termasuk penilaian sikap dan perilaku kita.
Perlu diketahui juga, bahwa dalam wawancara ini ada 3 orang interviewer, 2
orang dosen ahli dan 1 orang psikolog. Tips berikutnya pada saat wawancara
jangan tegang dan tetap senyum meskipun kita tidak mengerti dengan pertanyaan
yang diberikan kepada kita. Berilah kesan yang baik saat wawancara dengan
menatap mata mereka dan sopan serta selalu menebarkan senyum.
Hal yang paling penting dilakukan sebelum wawancara adalah berdoa,
jangan lupa baca basmalah, baca doa Nabi Musa dan doa rabithah untuk
melembutkan hati pewawancara saat melihat wajah kita, setelah membaca doa,
insya Allah hati kita akan lebih tenang.
Sekitar jam 14.30 saya dipanggil ke ruangan wawancara, saat masuk
ke ruangan degup jantung semakin kencang seperti melihat seseorang yang spesial
tapi bedanya di sini lebih menegangkan. Waktu itu, ada 3 orang pewawancara saya
lihat sedang sibuk berbincang dan seperti mengisi data di laptop mereka. Saya
mengucapkan salam namun tidak langsung duduk. Saya menanyakan apakah saya boleh
duduk, mereka tersenyum sembari mengangguk. Wawancara pun dimulai. Dimulai
dengan memperkenalkan diri. Saat memperkenalkan diri, saran saya kita harus
memperkenalkan siapa diri dengan baik beserta apa passion kita, misalnya saya
adalah Ahmad Yusuf, saya adalah lulusan Sosiologi UBB. Saya adalah pribadi
pembelajar, tidak mudah menyerah dan suka dengan kegiatan sosial. Saya juga suka
terlibat dalam aksi kemanusiaan dan kegiatan yang berhubungan dengan pendidikan
misalnya mengajar. Selain itu juga saya adalah sosok yang mudah beradaptasi
dengan lingkungan baru. Pada poin ini, kita akan memberikan sinyal positif pada
pewawancara, karena mereka akan tertarik dengan pernyataan kita. Untuk itu
buatlah perkenalan sebaik mungkin.
Setelah itu saya, mulai ditanya dengan pertanyaan rencana studi,
mengapa memilih kampus UGM bukan UI ? mengapa memilih jurusan HI padahal kamu
alumni sosiologi ? bagaimana cara kamu survive di UGM ? apa yang membuat kamu
bisa bertahan dan lulus dengan baik di UGM ? mengapa kamu tertarik mengambil
penelitian tesis tentang ini ? dan lain-lain. Alhamdulillah, karena saya sudah
menyiapkan daftar pertanyaannya, jadi ini sangat membantu saya dan alhamdulillah
saya bisa menjawabnya dengan lancar dan tenang. Intinya saat kita ditanya, lalu
bingung menjawabnya jangan lupa senyum dan jangan tegang, jawablah senatural
dan sejujur mungkin. Karena LPDP bukan hanya mencari sosok yang prestasi
akademiknya bagus, akan tetapi orang-orang yang jujur dan mau mengabdi kepada
bangsa.
Saya juga ditanya terkait apa aktivitas saya setelah lulus. Saya
menjawab bahwa saya hanya mengajar TPA dan Bahasa Inggris di kampung saya
secara suka rela. Saya juga menjadi salah satu mentor rohis di salah satu SMK
di daerah saya. Saya fikir di poin inilah mereka menjadi tertarik dengan saya.
Kemudian mereka bertanya, apakah kamu siap jika kamu ditempatkan di Indonesia
di bagian Timur. Alhamdulillah, saya juga bisa memberikan jawaban yang
memuaskan. Selain itu saya ditanya tentang keluarga dengan bahasa Inggris.
Banyak sekali yang ditanya saat itu, hingga wawancara saya
berlangsung satu jam, saya juga agak lupa entah apa jawaban saya. Kadang saat
saya tidak mengerti dengan pertanyaannya dan kesulitan menjawab, saya hanya
tersenyum dan menarik nafas beberapa saat, lalu menjawabnya kembali, terakhir
saya ditanya dengan bagaimana pendapat kamu tentang generasi muda saat ini,
bagaimana tanggapan kamu dengan generasi muda yang tidak hafal lagu nasional
kita dan bagaimana solusi kamu ? dan pertanyaan terakhir saya ditanya apakah
kamu hafal lagu Indonesia Raya ? saya fikir mereka hanya bercanda, saya hanya
tersenyum kecil. Ternyata mereka meminta saya untuk menyanyikan Indonesia Raya
? saya kaget waktu itu, karena di dalam ruangan ada beberapa kandidat juga yang
sedang wawancara. Akhirnya saya menyanyikan Indonesia Raya, sembari meneteskan
air mata secara tiba-tiba. Saat itu saya membayangkan para pahlawan kita
memegang bambu runcing melawan penjajah bersenjata api. Saat menyanyi saya
menangis, dan tiba-tiba muncul kalimat dari interviewernya, kamu menangis
jangan-jangan gak hafal lagunya ya hehe... saya jelaskan bahwa saya menangis
karena mengingat jasa para pahlawan kita yang telah mengorbankan tetesan
keringat darahnya untuk NKRI ini. setelah mendengar jawaban saya, ketiga
interviewer tampak tersenyum lebar dan salah satunya mengatakan “ KAMU BAGUS BANGET “, jarang sekali kami
menemukan anak muda yang punya semangat dan motivasi yang bagus seperti kamu.
Semoga kamu bisa lolos seleksi ini. Mendengar pernyataan itu, saya hanya
tersenyum seraya mengamininya.
Setelah itu, saya keluar dengan rasa lega dan penuh keceriaan.
Teman-teman di luar yang sedang menunggu jadwal wawancara tampak heran melihat
saya sembari bertanya apa yang terjadi saat wawancara. Saya menceritakan
semuanya serta berbagi tips juga saat wawancara. Setelah itu, saya menunggu
pengumuman kelulusan wawancara.
Alhamdulillah, saya
dinyatakan “ LULUS SELEKSI SUBSTANSI “. Sujud syukur saya haturkan kepada Allah
SWT yang telah menuntun perjalanan panjang ini hingga akhirnya saya bisa lulus
seleksi LPDP.
Pesan saya kepada teman-teman semuanya, jangan pernah berpaling
dari rahmat Allah saat DIA belum mengizinkan sesuatu untukmu. Ada saatnya Allah
akan memberikan sesuatu yang terbaik untukmu. Karena Allah Maha Mengetahui apa
yang terbaik untuk hamba-NYA. Sesungghunya dibalik kesulitan, ada kemudahan. Tetap
bersabar, berusahalah dan berdoalah dalam penantian sabarmu.
“ Yakinlah akan ada sesuatu yang indah menantimu,
selepas banyak sabar yang kau lalui ”